Fenomena Exposure, Menguntungkan atau Merugikan?

Setelah menentukan usaha apa yang akan dirintis, strategi pemasaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemilik usaha. Tanpa adanya strategi yang jitu dalam menarik pelanggan, pemilik usaha tidak akan mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

Apalagi bagi para penyedia barang dan jasa yang merintis usahanya dari nol. Beda lagi dengan pemilik usaha yang hanya membeli franchise. Mereka sudah mendapatkan pasaran, dari pelanggan setia merek yang dibeli.

Pada tahun ‘90-an, strategi pemasaran sangat terikat dengan media konvensional. Pemilik usaha yang ingin melakukan strategi pemasaran harus merogoh kocek cukup besar untuk mengiklan di media lokal maupun media nasional yang ternama.

Mulai dari membuat iklan di televisi, koran hingga di radio. Tidak hanya dikenakan biaya untuk iklan di media yang diminati, pemilik usaha juga pastinya akan dikenakan biaya produksi untuk membuat iklan yang sesuai keinginan mereka.

Baca Juga: 10 Media Online untuk Melakukan Promosi Bisnis

Kemajuan Media Pemasaran

Dalam era revolusi industri 4.0 saat ini, semuanya tidak lagi dilakukan secara konvensional. Pemasaran produk atau jasa, bisa dilakukan secara lebih luas lagi. Media yang disasar untuk melakukan strategi pemasaran, juga lebih beragam. 

Pemilik usaha bisa melakukan promosi di berbagai media yang kerap dikunjungi target pasarnya saat ini. Seperti Youtube, website, hingga media sosial seperti Instagram dan Twitter. Selain bisa melakukan pemasaran sendiri dengan membuat akun media sosial khusus perusahaan, Anda juga menggunakan jasa influencer.

Seperti yang Anda tahu, banyak pemilik usaha yang sudah menggunakan jasa influencer saat ini. Salah satu alasan yang mendasari, adalah target pasar yang disasar bisa dilihat secara real. Tentunya, dari jumlah followers yang dimiliki oleh influencer tersebut.

Fenomena Influencer

Influencer

Dari fenomena influencer ini, khalayak umum sedang digegerkan dengan salah satu posting-an seorang seorang individu terkenal. Dalam sebuah akun media sosial pribadinya di Twitter, ia ingin menggunakan jasa dari perusahaan mana pun.

Karena, dalam tanggal tertentu, ia hendak menyelenggarakan acara. Lucunya, individu terkenal ini enggan membayar pemilik usaha di bidang jasa tersebut dengan uang. Sebagai ganti, ia menawarkan diri untuk membayar menggunakan exposure.

Hal ini kemudian menjadi perbincangan para netizen di Twitter. Mereka yang merasa bekerja dan bergelut di bidang yang dimaksud menjadi tersinggung. Seolah, pekerjaan yang disandang saat ini hanya bisa dihargai dengan exposure.

Sebenarnya, membayar menggunakan exposure itu sah-sah saja. Namun, beberapa dari Anda mungkin masih banyak yang tidak setuju dengan hal ini. Lalu, sebenarnya apa itu exposure? 

Apa Itu Exposure?

Exposure adalah sebuah popularitas yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengaruh seperti influencer. Biasanya para pebisnis akan memberikan produk atau jasa kepada mereka untuk lalu diunggah di media sosial atau platform lainnya yang dimiliki.

Apakah hal tersebut benar-benar memberikan keuntungan atau tidak? Berikut ini, merupakan beberapa hal yang perlu diketahui agar keputusan yang diambil tidak salah.

  1. Minta Portofolio

    Followers yang banyak, tidak menandakan influencer tersebut memiliki audiens yang banyak pula. Para pemilik usaha harus jeli dalam melihat followers para influencer tersebut. Apakah followers yang dimiliki merupakan pengikut yang real atau tidak

    Sebab, banyak dari influencer yang memiliki followers tidak aktif. Hal ini bisa diidentifikasi dari konten yang pernah diunggah sebelumnya. Influencer biasanya akan mendapatkan like yang sebanding dengan jumlah pengikutnya. 

    Hal ini dinamakan engaged followers. Artinya, followers yang dimiliki oleh influencer tersebut sering menanggapi konten-konten yang diunggah. Tidak hanya like, engaged followers juga bisa dilihat dari kolom comments. Semakin ramai, semakin aktif followers yang dimiliki.

    Jika ingin melakukan riset lebih jauh lagi, pemilik usaha sebenarnya memiliki hak untuk melihat engaged followers yang dimiliki langsung dari pemilik akun tersebut.

    Engaged followers, sangat lah penting bagi pemilik usaha untuk mengetahui, bagaimana dampak dari exposure yang dilakukan. Jangan seperti ibarat kata membeli kucing dalam karung. 

  2. Lakukan Riset Audiens

    Riset yang dilakukan oleh pemilik usaha tidak lantas berhenti setelah mengetahui engaged followers yang dimiliki influencer tersebut. Anda juga harus melakukan riset audiens.

    Pemilik usaha juga harus tahu apakah audiens yang dimiliki oleh influencer tersebut sesuai dengan target pasar yang dituju oleh usahanya. Sebab jika tidak, maka melakukan transaksi menggunakan exposure merupakan hal yang sia-sia.

    Misalnya, jika usaha yang dimiliki bergerak di bidang video game. Sedangkan, influencer yang mempromosikan bergerak di bidang kuliner. 

    Kemungkinan exposure yang dilakukan tidak akan maksimal. Karena followers yang dimiliki tertarik dengan konten makanan bukan games.

    Beda ceritanya, jika influencer yang menawarkan mengganti pembayaran dengan exposure merupakan seorang atlet e-sport. Tanpa melihat umur, sudah pasti audiens yang dimiliki tepat dengan target pasar yang dituju. 

    Dalam hal ini, maka pembayaran menggunakan exposure merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan. Sebab, kedua belah pihak juga diuntungkan. Influencer tersebut mendapatkan produk secara gratis dan pemilik usaha mendapatkan pemasaran gratis.

  3. Pastikan Kualitas Konten, untuk Pastikan Pesan Tersampaikan

    Ini juga menjadi salah satu hal vital yang masuk menjadi pertimbangan para pemilik usaha. Sebelum memutuskan untuk melakukan transaksi dengan exposure, pastikan kualitas konten yang akan di-post berkualitas tinggi.

    Sebab, konten ini akan membentuk image produk. Jika konten yang dihasilkan tidak memuaskan, sudah pasti tidak akan menarik minat audiens. Sehingga exposure yang dilakukan pun akan menjadi sia-sia.

    Memang sih, minimnya peralatan para influencer bukan berarti kualitas yang minim pula. Namun, setidaknya pemilik usaha harus menjamin bahwa konten yang dihasilkan maksimal pula.

    Pemilik usaha memiliki hak penuh untuk menilai konten yang dihasilkan oleh influencer tersebut. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan exposure yang diberikan oleh influencer tersebut.

    Jika kurang memuaskan, Anda bisa meminta influencer untuk melakukan pengambilan ulang terhadap konten tersebut. Lebih mudah lagi, jika Anda memiliki stok foto untuk diberikan kepada influencer.

Baca Juga: Biar Banjir Orderan, Begini Tips Memilih Influencer untuk Promosi Bisnis Online

Membayar Menggunakan Barang atau Jasa Sama Halnya dengan Uang

Banyak dari pemilik usaha barang dan jasa, yang kerap menganggap remeh masalah pembayaran dengan exposure ini. Sebab, yang digunakan sebagai pembayaran bukanlah uang melainkan produk barang atau jasa yang dihasilkan usahanya.

Pemikiran ini lah yang harus diperbaiki oleh pemilik usaha. Sekecil apapun produk yang diberikan kepada influencer sebagai bayaran juga harus diperhitungkan sebagai uang. 

Sebab, produk tersebut merupakan sebuah hasil jerih payah dari perusahaan Anda sendiri. Jika barang, maka produk adalah hasil jerih payah produksi yang dipikirkan matang-matang. Jika jasa, maka Anda harus menghitung tenaga dan waktu yang dikeluarkan juga. 

Karena semua itu, diproduksi atau dibayar menggunakan modal yang sudah Anda kumpulkan dengan susah payah. Jadi jika memang harus diberikan secara cuma-cuma, pemilik usaha harus tahu dampak positif yang akan diterima pula.

Jika pertimbangan tersebut tidak terpenuhi, maka Anda memiliki hak penuh untuk menolak transaksi menggunakan exposure

Pembayaran menggunakan uang, akan lebih baik karena akan diputar lagi untuk kebutuhan usaha. Sedangkan exposure yang gagal, justru akan mencoreng nama baik usaha dan tidak akan bisa dipulihkan dalam waktu cepat.

Baca Juga: 5 Strategi Promosi Bisnis Rumahan di Kala Pandemi