Mengenal Hedonisme, Gaya Hidup Konsumtif yang Bisa Bikin Keuangan Merana

Kamu pasti pernah mendengar kata ‘hedon’ seperti dalam percakapan sehari-hari 'hedon banget sih kamu' dan sebagainya. Biasanya, kata tersebut digunakan untuk menggambarkan atau mengkritik seseorang yang memiliki gaya hidup konsumtif, boros menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak penting.

Kata hedon lazim juga dilontarkan kepada seseorang yang mempunyai hasrat belanja tinggi, membeli barang ini itu tanpa berpikir panjang. Sebetulnya apa sih yang dimaksud hedonisme dan seluk beluknya, sampai cara menghindari perilaku hedonisme? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari berbagai sumber.

Baca Juga: 7 Cara Mengatur Keuangan yang Tidak Diketahui Banyak Orang

Pengertian Hedonisme

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu hedonismeos dengan kata dasar hedone. Kata hedone memiliki arti ‘kesenangan,’ sedangkan hedonismeos diartikan sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, kegiatan seksual, dan sebagainya.

Sejarah Hedonisme

Kata hedonisme sudah muncul sejak awal munculnya filsafat, atau saat manusia mulai berfilsafat pada tahun 433 Sebelum Masehi. Pandangan ini muncul ketika Socrates, salah satu filsuf paling terkenal mempertanyakan mengenai tujuan hidup manusia di dunia ini. Pertanyaan tersebut akhirnya melahirkan pandangan hedonisme. Pada masa itu hedonisme bukan untuk menggambarkan perilaku negatif, melainkan untuk mendeskripsikan esensi dari eksistensial manusia di muka bumi ini.

Jawaban atas pertanyaan Socrates yang kemudian menjadi pandangan hedonismeos atau yang sekarang dikenal dengan nama hedonisme ini berawal dari pemikiran beberapa filsuf lainnya, seperti Aristippus dan Epikuros. Kedua filsuf tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap hedonismeos.

Aristippus menggambarkan semua kesenangan manusia bersifat fisik, begitupula dengan ketidaksenangannya. Sedangkan Epikuros mengartikan hedonismeos adalah kebahagiaan manusia harus didapat dengan menyeimbangkan hal positif dan negatif. Berbeda dengan Aristippus, Epikuros menanamkan sisi-sisi spiritual pribadi individu di dalam pemikirannya.

Selanjutnya berbagai orang yang mendeskripsikan pemikiran ini di masa-masa modern pada akhirnya memiliki pandangan dengan garis besar yang sama, bahwa hedonisme adalah pandangan seseorang yang berusaha hidup untuk mencari kesenangan sebagai tujuan paling utama, terutama untuk dirinya sendiri.

Sisi Positif dan Negatif Hedonisme


Sisi Positif dan Negatif Hedonisme

Bila melihat makna dari hedonisme pada awal munculnya pandangan ini, maka hedonisme bukanlah suatu hal yang benar-benar buruk. Mencari kesenangan dalam hidup bukanlah hal yang salah di kehidupan yang singkat ini. Namun bila mencari kesenangan dijadikan sebagai tujuan mutlak, maka seseorang tidak akan memiliki empati terhadap individu lainnya karena hanya berusaha terus menerus memenuhi kesenangan pribadi.

Ada dua faktor mengapa perilaku dan cara pandang hidup manusia bisa mengarah kepada hedonisme, antara lain:

1. Faktor dari Dalam (Internal Factor)

Faktor ini sebenarnya tertanam pada diri kebanyakan manusia, mungkin hampir semuanya. Ada rasa tidak pernah puas untuk menyenangkan diri sendiri. Hal itu bisa menjadi positif bila menyalurkannya untuk terus belajar, seperti haus akan ilmu pengetahuan, pendidikan, keinginan untuk lebih maju. Akan tetapi bila rasa tidak pernah puas ini hanya untuk kesenangan pribadi, maka dapat berakibat buruk dan menjadi cikal bakal perilaku konsumerisme.

2. Faktor dari Luar (External Factor)

Salah satu faktor eksternal dari hedonisme di masyarakat, termasuk di Indonesia adalah masuknya globalisasi sehingga kamu mendapatkan berbagai pandangan dan melihat gaya hidup, serta kebiasaan dari luar. Kemajuan teknologi, seperti internet mampu mengubah perilaku masyarakat dalam mendapat kesenangan. Contohnya saja media sosial yang menjamur, di mana para pengguna menunjukkan eksistensinya, seperti memamerkan gaya hidup glamor, barang-barang mewah, dan lainnya.

Munculnya hedonisme di masyarakat membawa dampak positif dan negatif. Dari sisi negatif, orang- orang yang menganut pandangan hidup hedonisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Cenderung lebih egois
  • Tidak memiliki empati terhadap lingkungan sosial
  • Berusaha mencapai kesenangannya dengan segala cara
  • Melakukan rasionalisasi atau pembenaran atas kesenangan mereka apabila kesenangan tersebut bertentangan dengan norma-norma hukum dan sosial
  • Dapat melakukan segala cara untuk memenuhi kesenangannya sehingga mungkin saja akan merugikan orang lain.

Di sisi lain, perilaku hedonisme dapat memberikan sisi positif terhadap orang yang menganut cara pandang hidup tersebut, di antaranya dapat memanfaatkan segala kesempatan dengan baik, pantang menyerah dalam mencapai tujuan, dan memiliki motivasi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Baca Juga: Keuangan Makin Hemat Pakai Kartu Kredit, Cermati Promo Kartu Kredit Terbaru 2019

Pergeseran Makna Hedonisme di Era Modern

Dewasa ini, makna dari hedonisme ini bagi sebagian besar masyarakat mendeskripsikan hedonisme sebagai sebuah perilaku konsumtif atau konsumerisme yang berdampak buruk bagi penganutnya. Tentu saja gaya hidup ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal, di antaranya:

  • Sedari kecil terlalu dimanjakan orangtua, diberi berbagai fasilitas atau kemudahan sehingga merasa selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mempedulikan neraca kebutuhan, dan faktor lainnya
  • Kehadiran ‘influencer’ di media sosial sangat mempengaruhi rasa kecemburuan untuk memiliki benda-benda mewah yang sebenarnya tidak sanggup untuk didapatkan sehingga memaksakan segala cara meskipun harus berutang
  • Pergaulan atau bergaul dengan orang-orang yang memiliki standar hidup mewah, menggunakan barang-barang bermerek, sehingga muncul rasa minder ketika tidak sepadan dengan mereka. Akhirnya demi mengikuti pergaulan tersebut, kamu rela menghabiskan uang untuk membeli barang yang sama
  • Menjamurnya akses keuangan bagi masyarakat untuk meminjam uang dan mencicilnya dengan mudah.

Cara Menghindari Perilaku Hedon dan Konsumtif


Cara Menghindari Perilaku Hedon dan Konsumtif

Hedon yang dapat mengarah pada perilaku konsumtif merupakan kebiasaan hidup yang dapat merusak keuangan. Gaya hidup seperti ini sudah melekat di kalangan generasi milenial. Gaji anak-anak muda ini habis untuk nongkrong di kafe, jajan kopi, makan di restoran, jalan-jalan, dan perilaku konsumtif lainnya tanpa memiliki tabungan maupun investasi.

Buang jauh-jauh perilaku atau gaya hidup hedon bila tidak ingin terpuruk soal keuangan di masa depan. Ada beberapa cara untuk menghindari perilaku hedon, antara lain:

  • Membuat Daftar Prioritas Kebutuhan

Langkah awal untuk menjauhi hidup hedon, adalah dengan menyusun daftar kebutuhan prioritas. Tulis daftar tersebut, dan tanamkan dalam pikiran kamu sehingga daftar tersebut akan menjadi pengingat. Jadi ketika timbul hasrat membeli sesuatu di luar kebutuhan, kamu harus berpikir panjang apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak, masih bisa ditunda atau tidak. Berusaha menjalankan komitmen tersebut, sehingga mampu menahan hawa nafsu untuk membeli barang di luar kebutuhan.

  • Menabung dan Berinvestasi

Setiap kali menerima gaji, langsung gunakan untuk pengeluaran rutin, seperti membayar sewa rumah, tagihan listrik dan air, cicilan utang kalau ada. Jangan lupa menyisihkan uang untuk tabungan, dana darurat, dan investasi. Ketiganya sangat penting agar keuangan stabil. Jika ada kebutuhan mendadak, kamu dapat menggunakan dana darurat. Sementara tabungan dan investasi untuk menjamin keuangan di masa depan.

  • Membuat Anggaran Keuangan

Agar terhindar dari gaya hidup hedon, kamu perlu membuat anggaran keuangan. Dengan begitu, kamu dapat mengetahui seberapa besar uang dari penghasilan yang bisa dibelanjakan. Cara mengatur keuangan lazimnya menggunakan sistem 50-20-30.

Setiap gaji atau penghasilan yang diterima setiap bulan, alokasikan 50% untuk biaya hidup sehari-hari, seperti makan, biaya transportasi, membayar sewa rumah, tagihan listrik dan air, termasuk tagihan kartu kredit. Selanjutnya, sisihkan 20% dari gaji untuk tabungan dan investasi, serta dana darurat.Sedangkan sisa anggaran 30% dari gaji Anda untuk hiburan, liburan, belanja baju atau membeli barang yang diinginkan. 

  • Kurangi Gesek Kartu Kredit

Kartu kredit sangat memudahkan seseorang untuk berbelanja, membeli barang, makan di restoran, sampai membeli tiket konser musik. Kartu kredit juga menawarkan pembayaran cicilan yang mudah. Tapi ingat menggunakan kartu kredit sama saja dengan berutang. Walaupun membayarnya bisa mencicil, tapi bila terlambat bakal kena denda. Gunakan kartu kredit dengan bijak, untuk berhemat manfaatkan promo yang ada. Pastikan memakai kartu kredit sesuai kemampuan anggaran.

  • Beramal dan Bersedekah

Untuk yang satu ini mungkin terdengar sedikit klise. Beramal dan bersedekah bisa menghindarimu dari perilaku hedon. Kamu akan berpikir bahwa masih banyak orang yang tidak seberuntungmu dan membutuhkan uluran tanganmu. Hal tersebut akan membuatmu berpikir dua kali ketika ingin menghambur-hamburkan uang.

Jangan Sampai Terjebak

Gaya hidup hedon memang menyilaukan mata. Begitu sudah terjebak, susah untuk keluar dari kubangan tersebut karena ada saja hal-hal yang menggoda. Yang sudah insyaf pun, bisa terjerat kembali. Oleh sebab itu, dibutuhkan komitmen dan kemauan kuat untuk meninggalkannya. Memulai hidup apa adanya dan tidak berlebihan.

Baca Juga: Perbedaan Utang Produktif Vs Utang Konsumtif, Kamu yang Mana?