Promosi ‘Bakar Duit’ ini Bikin Startup Bangkrut?

Cermati.com, Jakarta – Buat menggaet pengguna baru dan membidik loyalitas konsumen, beribu cara bakal dilakukan. Salah satunya melalui pemberian promo gila-gilaan yang istilahnya ‘bakar duit’.

Tak heran bila banyak promo diskon dan cashback hingga ratusan persen berseliweran. Tentu saja ini tak hanya menggoda para cashless mania, tapi juga mereka yang selama ini masih bertahan dengan gaya hidup pembayaran konvensional untuk beralih ke dompet digital.

Bagaimana tak menggiurkan, bila beli -katakanlah- Kopi A menggunakan dompet digital B seharga Rp20.000 per cup, caschback-nya 100% maksimal Rp15.000 per transaksi. Artinya, Kopi A itu hanya seharga Rp5.000 saja.

Murah dan menggiurkan? Ingin beli terus dan terus? Bagi pecinta kopi sepertinya bakal mengamininya! Terlebih lagi ternyata itu adalah kopi favorit -sudah enak, minuman kekinian, murah pula.

Bagi yang tak terbiasa jajan, dengan promo cashback itu, bisa saja bakal melirik buat mencicipinya dan memanjakan lidah sesekali. Bila belum punya aplikasi dompet digital, bakal dibela-belain mengunduhnya demi dapetin cashback!

Tapi, mau sampai kapan ‘pesta’ cashback itu sanggup dilakukan? Benarkah sudah ada startup yang mulai ‘kelelahan’ menghujani pengguna dompet digitalnya dengan cashback? Berikut Cermati.com ulas dari berbagai sumber.

Perang Cashback Dompet Digital


Ilustrasi cashback dari beberapa dompet digital via Kumparan 

Bukan konsumen namanya jika tak memburu harga murah dan menguntungkan. Tengok saja gerai-gerai kuliner yang dipenuhi antrean. Kalau ditanya, “Ada promo apa?” Jawaban singkat yang bikin pengguna dompet digital impulsif adalah “Cashback 50 atau 100 persen!”

Lebih dahsyat lagi saat ada yang menawarkan saldo cuma-cuma setelah menginstal aplikasi dompet digital tersebut. Siapa tak tergiur buat jajan tanpa keluarin uang?

Guna mengambil hati para cashless mania, para perusahaan teknologi rintisan pun berlomba-lomba memberikan promo “terbaiknya”. Tak heran bila kemunculan di industri pembayaran digital ini langsung mendapatkan tempat di hati konsumen.

Setidaknya ada puluhan dompet digital yang ada di Indonesia, seperti:

  • OVO
  • GO-PAY
  • DANA
  • Sakuku
  • Cashbac
  • Uangku
  • Link Aja!
  • Jenius
  • DOKU
  • Mega Mobile
  • Go Mobile

Dari beberapa dompet digital di atas, setidaknya ada lima e-wallet yang bersaing ketat dengan banner promosi menghiasai merchant-merchant di pusat perbelanjaan, terutama gerai kuliner.

Jika dilihat dari masing-masing situs resminya, begini bentuk promo yang digelontorkan demi mencuri hati konsumennya di bulan Desember 2019:

OVO

  • Cashback 60% online shopping12 di merchant online partner OVO
  • Besar cashback 60% maksimum Rp10.000 OVO Point/merchants/periode minimal transaksi Rp10.000
  • Ada beberapa merchant yang promo cashback itu khusus pengguna baru
  • Cashback 60% maksimum Rp20.000 OVO Point/merchants/periode untuk minimal transaksi Rp10.000 OVO Cash; atau
  • Cashback 40% dengan maksimal cashback000 dan minimum transaksi Rp10.000 menggunakan OVO Cash di resto tertentu, dan masih banyak lagi bentuk promo lainnya di berbagai merchants.

GO-PAY

  • Cashback mulai dari 15% hingga 40% di merchant-merchant tertentu yang bekerja sama dengan GO-PAY
  • Maksimal cashback GO-PAY rata-rata hingga Rp10.000 per transaksi/perangkat dan IP/hari

DANA

  • Cashback DANA 100% sebesar Rp12.000 untuk akun premium dan Rp5.000 buat akun DANA biasa
  • Cashback didapatkan dari merchant-merchant yang bekerja samsa dengan DANA
  • Cashback hanya berlaku 1 kali/pengguna/hari/transaksi/merchant
  • Maksimal cashback 5 kali/pengguna selama periode promo

Link Aja!

  • Cashback 50% maksimum Rp25.000 untuk 1 x transaksi/merchant/hari akhir pekan
  • Syaratnya minimum transaksi adalah Rp30.000 untuk dapatkan cashback itu
  • Setiap pengguna bisa mendapatkan cashback maksimal 4 x di merchant yang berbeda dalam 1 hari
  • Ada juga cashback 30% maksimal Rp15.000/merchant/minggu dengan minimal transaksi Rp30.000 di merchant yang bekerjasama

Cashbac

  • Buy 1 get 1 setiap hari Selasa di merchant-merchant tertentu
  • Promo ini berlaku hanya untuk 1 transaksi/user/periode promo
  • Atau tambahan cashback hingga 60% untuk pengguna kartu kredit tertentu, seperti Maybank, dan lainnya.

Tentu saja, makin hari, besar promo yang digelontorkan pun menyusut serta banyak syarat dan ketentuan berlaku. Jika dulu -katakanlah- cashback 50-100% tanpa embel-embel syarat lainnya, kini ada ‘tapinya’!

Sebagai contoh:

Dompet digital A beri cashback 50% dengan maksimum cashback Rp5.000 per transaksi/akun/merchant/hari. Artinya, jika beli suatu produk seharga Rp20.000, maka cashback yang didapat hanya Rp5.000, bukan Rp10.000.

Asumsi Hitungan Bakar Duit Dompet Digital

Bagaimana asumsi hitungan bakar duit para perusahaan teknologi rintisan itu? Katakanlah promo cashback 50% maksimum Rp10.000 per transaksi/pengguna/hari untuk 2 juta pengguna/konsumen.

Hitungannya:

= (Transaksi yang disubsidi) x (Jumlah pengguna)

= Rp10.000 x 2 juta orang

= Rp20.000.000.000 (Rp20 miliar per hari)

Jika dikalikan 30 hari, maka perusahaan dompet digital ini pun harus bakar duit hingga Rp600 miliar/bulan. Sampai kapan bakar duit ini mampu dilakukan?

Baca Juga: Kenalin Nih LinkAja, Aplikasi Pembayaran QR Code Jagoan BUMN

Bakar Duit itu Ada Masanya


Ilustrasi 'bakar duit'

Prinsip bisnis itu, butuh modal buat bisa untung. Harus berani bakar uang dan beri kesempatan konsumen buat mencicipi produk secara cuma-cuma.

Namanya juga perusahaan rintisan, tentu butuh modal segar dari sana-sini untuk tumbuh. Dengan suntikan dana itu pula, produknya mudah dikenal dan mendapatkan tempat di hati penggunanya.

Acapkali, di balik hidup startup selalu ada korporasi atau perusahaan besar sebagai penyandang dananya. Sebut saja GO-PAY (anak usaha Go-Jek) yang kini sudah jadi startup decacorn dapat suntikan dana dari berbagai investor kelas kakap dalam negeri maupun investor asing.

Para penyandang dana GO-PAY/GO-JEK, seperti: Tencent Holdings, JD.com Inc, New World Strategic Investment dari China, Google dari AS, Temasek Holding, Hera Capital dari Singapura, Astra International, dan GDP Ventures dari Indonesia.

Begitu juga dengan keberadaan dompet digital OVO, produk milik PT Visionet Internasional ini terafiliasi dengan Grup Lippo, dan pernah mendapatkan suntikan dana segar juga dari Tokyo Century hingga US$120 juta.

Bukan hanya kedua produk fintech itu saja, tapi juga dompet-dompet digital lainnya. Dari persaingan ketat ini, kabarnya sudah ada yang kewalahan dengan strategi promo yang menguras uang itu. Siapakah?

Ternyata, Lippo Group akhirnya kewalahan menanggung biaya promosi yang digelontorkan dompet digital OVO. Pendiri sekaligus Chairman Lippo Group, Mochtar Riady, belum lama ini mengaku telah melepas sebagian sahamnya di OVO karena tak kuat terus membakar duit untuk kegiatan promosi.

“Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian (saham). Sekarang kita (Lippo Group) tinggal 30-an persen atau satu pertiga (kepemilikan saham Lippo Group di OVO). Jadi dua pertiga (saham) kita jual. Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?” kata Mochtar seperti dikutip dari CNBCIndonesia.

Lippo Group mengaku menghabiskan sekira US$50 juta per bulan untuk promo cashback OVO. Nominal itu setara Rp700 miliar (kurs Rp14.000 per dolar AS). Wah, angka yang fantastis, ya?

Siapa yang akan Bertahan?

Bakar duit sudah, waktunya cari untung. Tapi bagaimana jika sudah sekian lama dan banyak bakar duit, nyatanya untung tak kunjung datang?

Seperti dikutip dari DetikFinance, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menyatakan bakar duit merupakan istilah yang kerap disebut dalam pengembangan startup yang saat ini perusahaan rintisan berstatus unicorn maupun decacorn ini masih dalam posisi merugi. “Kenapa merugi? Karena pendapatan dan pengeluaran, lebih banyak pengeluaran,” ujarnya.

Pada dasarnya, saat sebuah bisnis akan kehabisan tenaga bila telah habis-habisan bakar duit tapi untung tak kunjung datang. Belum lagi harus menghadapi kenyataan persaingan dan perilaku alami konsumen yang akan selalu mengejar dan setia dengan yang menguntungkannya.

Lalu, siapa yang akan bertahan di kancah industri pembayaran digital ini? Semua itu tergantung dari pengelolaan dan strategi bisnis yang tepat dalam menjalankannya.

Baca Juga: Bebas Biaya Kirim Uang, Ini Daftar Fintech yang Bisa Transfer Gratis?

Berapa Banyak Dompet Digital di Ponselmu?


Ilustrasi aplikasi dompet digital

Katanya, jajan pakai dompet digital itu tak bikin kantong jebol karena murah meriah dan bisa hemat? Tapi tak jarang karena melihat promo bertebaran yang bikin kepala dipenuhi kata “murah, murah, dan murah”, akhirnya tak berpikir panjang untuk sekadar jajan dan jajan.

Demi berburu cashback, bahkan tak segan-segan mengunduh banyak aplikasi e-wallet. Bayarnya gampang, jajan rasanya diuntungkan karena murah, top up dan top up lagi, tak terasa sudah banyak uang yang dihabiskan buat mengisi dompet digital ini. Maklum saja, cashback yang diperoleh pun hanya bisa digunakan untuk jajan lagi, bukan? Nah, berapa dompet digital yang ada di ponselmu sekarang?

Baca Juga: Awas! Ada Penipuan Catut Nama OVO dan GoPay. Lindungi Saldomu dengan 4 Tips Ini!